Segala sesuatu tentang al-Quran itu penting, sebab yang diingat dan diperingati, bahkan sampai setiap tahunnya, adalah hal penting. Buka Dr. Syamsuddin Arif di awal Agenda Nuzulul Quran di Ponpes At-Taqwa Depok, Ahad 9 April atau yang bertepatan dengan 17 Ramadhan 1444 H.
Menurut Dr. Syam –begitu sapaan akrab beliau— hal pertama yang harus diyakini adalah al-Quran merupakan pedoman, imam dan petunjuk. Kita lah yang mengikutinya. Maka untuk dapat mengikuti dengan benar, setidaknya ada 7 kewajiban yang harus dilakukan seorang muslim terhadap al-Quran.
Pertama, adalah mengimaninya sebagai Kalam Allah bukan kalam manusia atau karangan siapapun. Termasuk dalam mengimaninya adalah yakin bahwa Al-Quran terjaga sampai hari ini; tidak ada tamabahan juga pengurangan.
Meyakini dan mengimani, menurut Dr. Syam, adalah perkara yang kelihatannya gampang namun sulit dilakukan. Jika saya katakan memiliki uang 5 triliyun, dan itu benar, apakah Kalian akan percaya begitu saja? inilah nilai sebuah keyakinan dan kepercayaan.
Oleh karena itu keyakinan seperti ini harus didukung dengan ilmu pengetahuan, yakni ilmu al-Quran, khususnya bagaimana proses turunnya al-Quran dari wahyu hingga tekstualisasi. Hal ini menjadikan kita semakin yakin bahwa al-Quran hari ini adalah otentik, yakni yang dibaca sahabat Nabi dulu.
“Jangan pernah tertipu oleh mereka yang membuat ragu keimanan kita akan al-Quran, seperti mengatakan al-Quran adalah karangan Nabi Muhammad, produk budaya, dan lain sebagainya,” ujar Dosen Universitas Darussalam tersebut.
Kedua, tilawah dan membacanya. Sebagaimana namanya yang berasal dari kata qara’a, Al-Quran adalah sesuatu yang dibaca dan dilafalkan. Adapun tulisan hanyalah penopang apa yang dibaca. Inilah mengapa kita menemukan mereka yang matanya tidak berfungsi namun mampu membaca dan menghafal al-Quran. inilah sejatinya al-Quran, dibaca dan dilafalkan.
Al-Quran akan menjadi syafa’at untuk mereka yang akrab dengannya. Syafaat, sebagaimana dijelaskan Dr. Syam, maknanya adalah penggenap. Ibarat Anda ke Pasar membeli sesuatu lantas uang Anda tidak mencukupi, lalu datanglah seorang ibu-ibu menggenapakan apa yang kurang itu. Itulah syafaat.
“Di akhirat kelak saat amalan kita ditimbang, dan amalan baik kita tidak melebihi apa yang buruk. Maka Al-Quran akan menggenapkan, yakni menjadi syafaat, bagi siapapun yang senantiasa membacanya ketika di dunia” tegas Dosen Filsafat Islam di At-Taqwa College.
Ketiga, mentadabburinya. Tadabbur berasal dari kata dabara yang berarti ujung. Adapun tadabbur maknanya adalah melihat ke belakang. Sebagai sebuah penjelasan Dr. Syam memberikan kita sebuah gambaran. Jika ada orang yang berjalan, pandangannya terbuka, matanya melihat ke depan, namun ia tidak melihat orang, bahkan temand dekatnya, di sekitarnya. Atau seorang yang sedang menonton bola, matanya fokus ke depan, namun ia tidak melihat orang sekitarnya yang sedang menikmati makanan.
Itulah permisalan orang yang maju terus dalam membaca dan menghafalkan al-Quran namun tidak melihat sekitarnya, yakni mentadabburinya.
“Tadabbur itu artinya melihat ke belakang. Ibarat seorang pendaki hebat yang tidak sebatas jalan terus. Ia akan memerhatikan sekitarnya, dan akan kembali melihat ke belakang tentang hal-hal indah. Mata seseorang bisa terbuka. Tapi hatinya tidak. Itulah yang Allah gambarkan kepada mereka yang tidak mentadabburi al-Quran (Qs. Muhammad: 24). Jangan hanya maju terus, baca terus, tapi tidak mikir dan tadabbur! ” tegasnya.
Keempat, adalah mengingat dan menghafalnya. Dr. Syam mengatakan semakin banyak yang dihafal dari al-Quran semakin bagus. Ia bercerita bahwa sebelum ia menghafal al-Quran, salah seorang pernah menasihatinya bahwa yang penting itu mengamalkannya bukan menghafalkannya.
Pemikirian seperti ini mungkin kelihatannya benar, tapi keliru. Sebab bagaimana ingin mengamalkannya jika ia tidak ingat atau hafal. Ibarat orang yang ingin mengater paket namun tidak tau dan ingat alamatnya. “yasudah yang penting kan dianter!, nah ini sama halnya dengan orang yang bilang yang penting ngamalin, tidak usah dihafalkan”
Rasulullah pernah bersabda bahwa Allah memiliki keluarga. Para sahabat pun bingung, bagaimana mungkin Allah yang Maha Esa memiliki keluarga. Rasul pun menjawab bahwa ahlullah adalah para ahli, penghafal al-Quran.
Kelima, memuliakan al-Quran dan menghormatinya. Termasuk menghormati al-Quran adalah mendengar orang yang membacanya. Allah menyampaikan bahwa saat dibacakan al-Quran, simak dan diamlah agar mendapat rahmat. Rahmat artinya kasih sayang. “Anda bisa bayangkan, orang yang diberikah kasih sayang dan yang tidak. Bagaimana rasanya menjadi seorang anak namun tidak mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Karenanya, dengarkanlah al-Quran!” ujar Dr. Syam.
Keenam, mempelajari dan mengajarkan al-Quran. Rasul bersabda bahwa sebaik-baik Kalian adalah yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya. Termasuk mempelajari al-Quran adalah mendalami bahasa Arab. Sebab ia adalah bahasa Al-Quran yang dengannya Allah menurunkan Al-Quran. orang yang tidak mengetahui bahasa Arab, ia akan tersesat sebab tidak memahami petunjuk Tuhannya. Ibarat Anda ke Cina, lantas tidak mengetahui bahasa China, maka Anda bisa tersesat di sana.
Terkait mengajar al-Quran Dr. Syam mengingatkan bahwa ini bukanlah pekerjaan remeh. Ia memiliki kawan di Malaysia suami istri yang mengajar al-Quran kepada anak-anak. Dengan izin Allah, mereka mampu menyekolahkan anaknya ke berbagai negara.
“ini semua berkat al-Quran. sebab kalau dihitung secara matematis itu semua tidak akan cukup. Namun berkat al-Quran, Allah lah yang membayarnya,” tegas beliau.
Terakhir, ialah mengamalkan al-Quran. ibarat menaiki sebuah gunung, tanpa peta atau kompas juga pemandu, anda akan tersesat entah kemana. Kompas itu adalah al-Quran. pemandu itu adalah Nabi Muhammad. Jangan sampai kita seperti orang Yahudi yang sudah diberikan kompas, yakni Kitab Suci, namun tidak mengamalkannya. Maka sudah pasti ia akan tersesat.
Al-Quran itu pedoman. Jika pada navigasi maps saja Anda percaya dan mengikutinya, bahkan tidak ragu, kenapa justru ragu dan jauh dari al-Quran” tutup Ust Syam.
Divisi: Pendidikan
Author: Bana Fatahillah
Sumber referensi: Beberapa buku